Pengendalian Gulma Secara Preventif Pada Tanaman Singkong

Pertumbuhan gulma yang relatif cepat menyebabkan tanaman singkong gagal panen. Badan Pusat Statistik tahun 2016 mengungkapkan penurunan produksi singkong nasional dari tahun 2012 hingga 2016 sebesar 3,1 juta ton. Lebih spesifik, daerah Nusa Tengara Timur yang merupakan sentra tanaman singkong terbesar ke 5 telah mengalami penurunan yang cukup drastis. Tercatat pada tahun 2012 silam sebesar 892.145 ton, sedangkan tahun 2015 sebesar 637.315 ton (BPS NTT, 2016). Pemicu utama kemerosotan produksi singkong tidak lepas dari kehadiran gulma di area perkebunan.

 

Gulma diartikan sebagai salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menimbulkan kerugian dalam aktifitas budidaya. Meskipun, keberadaan gulma tidak secara langsung merusak tanaman, namun akan menyebabkan hasil yang kurang memuaskan karena terjadi kompetisi pengambilan unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh (Sukarman, 2019). Sementara, pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan lahan. Tetapi, cara konvensional tersebut dinilai kurang efektif untuk wilayah perkebunan yang memiliki tenaga kerja terbatas.

Pelaku usaha tani terus mengupayakan peningkatan produksi tanaman singkong, termasuk menekan jumlah kompetitor di lahan pertanian seperti gulma. Pengendalian gulma paling mutakhir saat ini dengan menyemprot herbisida pra tumbuh yang bekerja dalam waktu jangka panjang. Mengingat gulma bersifat dominan dan memiliki seed bank di dalam tanah yang dapat tumbuh kapan saja dalam jumlah besar, oleh sebab itu dibutuhkan manajemen pengendalian secara efektif. Salah satu pencegahan preventif untuk mengatisipasi pertumbuhan gulma yaitu menggunakan herbisida Sumimax 50 WP.

 

Produk unggulan terbaru dari Nufarm bekerja sebagai herbisida pra-tumbuh untuk menghambat perkecambahan biji gulma dan bekerja sebagai herbisida purna tumbuh untuk mengendalikan gulma berdaun lebar serta beberapa gulma berdaun sempit pada lahan singkong. Sumimax bersifat kontak dan memiliki bahan aktif flumioxanin 50% berbentuk tepung yang dapat disuspensikan kedalam air. Larutan yang terbentuk mampu menghambat PPO (protoporphyrinogen oxidase) yang terdapat pada daun, sehingga proses fotosintesis gulma akan terganggu.

 

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penggunaan herbisida Sumimax harus sesuai dengan rekomendasi pemakaian. Dosis yang disarankan yaitu 200 gram/Ha pada tanah yang telah dibersihkan dari sisa vegetasi, bongkahan kayu, dan ranting-ranting tumbuhan. Cara aplikasi herbisida cukup di semprot menggunakan knapsack sprayer langsung ke tanah. Penggunaan Sumimax sebaiknya dikombinasikan dengan perekat untuk menghindari pencucian herbisida ketika musim hujan. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 1 bulan aplikasi, ditandai dengan pertumbuhan gulma yang sangat minim yaitu dibawah 20% di area lahan tanaman singkong.

Beberapa petani singkong di Provinsi Lampung mengaku bahwa penggunaan herbisida Sumimax sangat efektif untuk mengendalikan gulma. Mereka juga memaparkan bahwa dengan mengaplikasikan Sumimax sebelum penanaman bibit akan meminimalisir pertumbuhan gulma yang cenderung invansif dan cepat, sehingga kondisi lahan lebih bersih dalam waktu yang cukup lama.

Sementara itu, penggunaan herbisida ini cukup diaplikasikan sekali dalam satu musim tanam, sehingga dapat menghemat biaya operasional produksi. Dengan demikian, petani tidak perlu khawatir lagi dengan kehadiran gulma di lahan singkong, karena Sumimax dapat mengatasinya secara cepat, efektif, dan tuntas.